Menapaki Gunung Sumbing 3371 mdpl, berawal dari nekad yang membahagiakan- Hai teman-teman semuanya, saya ada cerita sedikit nih tentang Gunung Sumbing, selamat membaca! teman-teman tau gak? Gunung Sumbing ini merupakan salah satu Gunung di Pulau Jawa yang memiliki ketinggian 3371 mdpl dan jangan salah, gunung ini mendapatkan predikat sebagai gunung tertinggi ke-2 di Jawah Tengah setelah Gunung Slamet yang memiliki ketinggian 3428 mdpl, manteb gak tuh? Gunung Sumbing terletak diantara beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Wonosobo, dan Temanggung.
Di tebing berbatu, sayang aliran airnya gak kelihatan
Kisah ini berawal ketika kami satu tim yang terdiri dari saya sendiri, Wuri, Elang, dan Zupar berencana menapaki Gunung Ungaran. Kami berangkat dari titik awal di Kulon Progo pukul 14.00 WIB dan selanjutnya menuju ke Kota Jogja untuk menjemput Elang. Jam menunjukkan telah memasuki waktu sholat asar, kami pun beristirahat sejenak untuk melakukan sholat. Setelah selesai sholat, tiba-tiba Zupar nyeletuk "Ungaran jauh eh, masih sekitar 3,5 jam lagi, pindah yang deket aja yuk." Awalnya kami memilih Gunung Merbabu, tetapi ternyata sedang ditutup dan pada akhirnya kami memilih Gunung Sumbing dengan dalih jarak yang lebih dekat daripada Gunung Ungaran , yaitu sekitar 2 jam perjalanan dari Jogja. Kami pun memutuskan untuk memulai perjalanan lagi, ke Gunung Sumbing.
Kami memutuskan untuk memilih jalur pendakian via Kaliangkrik, Magelang. Nah teman-teman, di Kaliangkrik sebenarnya ada beberapa basecamp, tapi kami memilih basecamp Adipuro. Pengelola basecampnya super baik. Untuk biaya registrasi hanya cukup membayar 10 ribu per orang, murah bukan? Dan yang paling penting harga makanan di sana terjangkau banget hehe, ya masih cukup lah untuk kantong para mahasiswa. Mie instant rebus harganya 7 ribu dan teh anget harganya 2 ribu, terjangkau bukan? Selain itu, jika kalian ingin untuk membersihkan diri, di sini disediakan kamar mandi yang terawat banget dan pastinya free dong, kecuali jika kalian ingin mandi dengan air hangat, kalian harus membayar 5 ribu hehe, but issokey lah teman-teman. Waktu itu, pendaki yang datang bisa dikatakan sedikit dan karena pada waktu itu yang ciwi-ciwi hanyalah saya dan Wuri, kami dipersilahkan untuk tidur di dalam dengan kasur yang super nyaman, sedangkan yang cowok-cowok tidur di ruang depan memakai tikar hehe, alhamdulillah sungguh beruntunglah kami. Pokoknya, untuk teman-teman yang ingin mendaki ke Gunung Sumbing, saya saranin banget untuk mencoba basecamp Adipuro ini, cihuyy banget lah pokoknya.
Perjalanan kami dimulai hampir pukul 21.00 setelah semua proses registrasi selesai. Pada awal perjalanan kami sudah tersesat di perkampungan warga hehe, alhamdulillah banget adak bapak-bapak baik hari yang mengentarkan kami ke gerbang pendakian Gunung Sumbing. Okay teman-teman di awal perjalanan ini cukup melelahkan. Walaupun jalannya enak karena masih di area perkebunan warga, namun jalannya terus menanjak dan gokil ini capek banget. Setelah melewati jalan semen, kami pun melewati anak tangga yang masih dispit berkebunan warga untuk selanjutnya mulai masuk ke wilayah hutan di kaki Gunung Sumbing. Untuk menghilangkan lelah pun beberapa kali berhenti dan bercerita sambil terkadang menikmati amunisi kami. Diperjalan pun kami isi dengan bercerita dan bernyanyi. Bayangin dah teriak-teriak di tengah hutan malem-malem hehe untungnya sih yang ndengerin cuma pohon-pohon sama hewan yang ada di sana, soalnya itu beneran sepi banget, gak ada orang lagi selain rombongan saya. Rasanya merinding-merinding asyik gitu lah.
Buat teman-teman yang udah pernah ke Gunung Sumbing pasti pernah tau yang namanya jalur putus asa. Nah, jalur ini terletak diantara pos 2 dan pos 3. Awalnya penasaran kenapa sih dinamakan jalur putus asa, eh ternyata setelah dicoba untuk melewatinya emang benar-benar bikin putus asa. Di jalan isinya sambatan hehe. Kami membutuhkan waktu yang cukup lama ketika melewati jalur ini, sedikit-sedikit kami berhenti untuk mengatur nafas kami. Jalur ini seperti jalur air, lumayan menanjak, dan jarak setiap undakannya itu agak tinggi, udah gitu jalannya menanjak terus, gak ada landai-landainya. Emang beneran pantes dinamakan jalur putus asa hehe.
Setelah berlelah-lelah melewati jalur putus asa, akhirnya sekitar pukul 02.00 dini hari kami sampai di camp ground. Langsung deh cepet-cepet bangun dome, bere-beres barang bawaan, menyiapkan sleeping bag dan seperangkat alat untuk tidur dan tidak lama kemudian sudah nyenyak dengan kelelahan kami masing-masing. Bangun-bangun udah mau sunrise dong hehe dan pemandangannya mantul jiwa banget , masyaAllah. Pagi itu rasanya dingin banget padahal cuma bawa jaket tipis karena rencana awal kami ingin pergi ke Gunung Ungaran, jangan ditiru ya teman-teman, usahain tetap bawa jaket tebal jika berencana naik gunung.
Setelah membuat sarapan pagi, tenang kami gak cuma makan mie instan kok hehe, kami bersiap melakukan perjalanan menuju puncak. Perjalanan kami cukup panjang dan kami adalah pejalan santai sehingga membutuhkan waktu yang sedikit lama. Ketika perjalanan menuju puncak ini kami melewati jalan yang cukup terjal, melewati bebatuan yang dialiri air seperti sungai dan airnya masyaAllah seger banget, melewati jalan setapak yang batasnya langsung tebing, tapi pemandangannya keren banget. Sedikit ke atas kami melewati padang rerumputan yang dihiasi dengan pohon bunga edelweis, keren.
Di tengah perjalanan saya dan Wuri ingin menyerah karena sudah terlampau capek, tapi dua teman kami selalu menyemangati hingga akhirnya kami mampu melewati pos terakhir sebelum akhirnya menuju puncak. Berkali-kali kami berhenti dan ingin menyudahi perjalanan ini, namun akhirnya teman kami berhasil mengobarkan semangat lagi. Sampai pada akhirnya, beberapa langkah sebelum puncak, Wuri memutuskan untuk berhenti karena kakinya sakit dan Zufar pun menemaninya dengan alasan dia sudah pernah ke puncak sebelumnya. Akhirnya dengan berat hati saya dan Elang melanjutkan semangat mereka menuju puncak. Setelah perjuangan yang begitu melelahkan, akhirnya saya dan Elang sampai di Puncak Sejati, syukur dan senang menghiasi raut wajah kami. Walaupunkala itu kabut mulai menghiasi puncak karena kami berjalan terlampau siang. Sejenak kami beristirahat, lalu kembali untuk menemui kedua rekan kami yang menunggu di bawah. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju camp ground.
Dalam perjalan menuju camp ground, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di bebatuan yang di aliri air dan mengambil air wudhu untuk persiapan sholat dhuhur. Airnya dingin tapi menyegarkan membuat kami betah berlama-lama di situ. Tak lupa kami pun mengambil beberapa foto karena tak ingin melewatkan pemandangan yang luar biasa di sana. Setelah sejenak beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan turun ini pun , saya baru menyadari bahwa sedari tadi kami telah melewati tebing berbatu dan tanah rerumputan yang ternyata miring banget hehe. Sampai di camp ground pun membersihkan diri dan membuat santap sore untuk menghabiskan persediaan logistik yang kami bawa. Selesai santap sore kami beberes barang kami dan membongkar tenda untuk selanjutnya melakukan tracking menuju basecamp kembali.
Kami memulai tracking selepas magrib. Perjalanan turun ini lebih ringan dan lebih cepat tentunya karena beban sudah tidak terlalu berat. Kami pun kembali melewati jalur putus asa yang ternyata memang terjal. Kami memilih melakukan perjalanan malam kembali agar tidak terlalu lelah karena ketika perjalanan malam yang kami lihat hanyalah kegelapan dan jalan yang nampak akibat cahaya senter kami serta kami pun tak bisa melihat bagaimana track yang asli, sehingga itu mengurangi rasa lelah kami.
Karena di awal kami dibekali HT oleh penjaga baecamp, maka say adan Wuri memutuskan untuk memesan ojek gunung setelah di pos 2 karena badan kami yang sudah cukup lelah. Jalur pejalan kaki dan ojek berbeda, walaupun yang pesan hanya dua orang, Elang dan Zufar pun memutuskan untuk mengantar kami sampai di pos ojeknya dan alhamdulilah wakti itu berbarengan dengan adanya ojek yangs edang mengantar pendaki lain. Elang dan Zufar yang awalnya tidak memesan pun akhirnya mendapat tumpangan gratis. Seharusnya per orang membayar 25 ribu, tetapi kami berempat hanya diberikan harga 50 ribu, tetap mahal sih hehe.
Sensasi turun menggunakan ojek gunung ternyata lebih mengerikan. Di jalan berusaha tenang tetapi tetap khawatir jika jatuh. Jalanan yang miring embuat kami tidak bisa duduk dengan tenang karena terus merosot, tetapi saya berusaha menahannya. Rasanya kayak pengen jatuh hehe dan itu bakal nguji adrenalin teman-teman semua. Tak lama kemudian, kami pun sampai di basecamp kembali, langsung deh nge charge hp lalu segera membukanya karena selama di atas tidak ada signal. Tetapi keadaan tidak ada signal itu sangat menyenangkan. Kami pun beristirahat dan pagi harinya kami kembali ke Jogjakarta tercinta.
Buat teman-teman yang udah pernah ke Gunung Sumbing pasti pernah tau yang namanya jalur putus asa. Nah, jalur ini terletak diantara pos 2 dan pos 3. Awalnya penasaran kenapa sih dinamakan jalur putus asa, eh ternyata setelah dicoba untuk melewatinya emang benar-benar bikin putus asa. Di jalan isinya sambatan hehe. Kami membutuhkan waktu yang cukup lama ketika melewati jalur ini, sedikit-sedikit kami berhenti untuk mengatur nafas kami. Jalur ini seperti jalur air, lumayan menanjak, dan jarak setiap undakannya itu agak tinggi, udah gitu jalannya menanjak terus, gak ada landai-landainya. Emang beneran pantes dinamakan jalur putus asa hehe.
Setelah berlelah-lelah melewati jalur putus asa, akhirnya sekitar pukul 02.00 dini hari kami sampai di camp ground. Langsung deh cepet-cepet bangun dome, bere-beres barang bawaan, menyiapkan sleeping bag dan seperangkat alat untuk tidur dan tidak lama kemudian sudah nyenyak dengan kelelahan kami masing-masing. Bangun-bangun udah mau sunrise dong hehe dan pemandangannya mantul jiwa banget , masyaAllah. Pagi itu rasanya dingin banget padahal cuma bawa jaket tipis karena rencana awal kami ingin pergi ke Gunung Ungaran, jangan ditiru ya teman-teman, usahain tetap bawa jaket tebal jika berencana naik gunung.
Sunrise di camp ground
Persiapan sarapan
Pemandangan menuju puncak sejati Gunung Sumbing
Di tengah perjalanan saya dan Wuri ingin menyerah karena sudah terlampau capek, tapi dua teman kami selalu menyemangati hingga akhirnya kami mampu melewati pos terakhir sebelum akhirnya menuju puncak. Berkali-kali kami berhenti dan ingin menyudahi perjalanan ini, namun akhirnya teman kami berhasil mengobarkan semangat lagi. Sampai pada akhirnya, beberapa langkah sebelum puncak, Wuri memutuskan untuk berhenti karena kakinya sakit dan Zufar pun menemaninya dengan alasan dia sudah pernah ke puncak sebelumnya. Akhirnya dengan berat hati saya dan Elang melanjutkan semangat mereka menuju puncak. Setelah perjuangan yang begitu melelahkan, akhirnya saya dan Elang sampai di Puncak Sejati, syukur dan senang menghiasi raut wajah kami. Walaupunkala itu kabut mulai menghiasi puncak karena kami berjalan terlampau siang. Sejenak kami beristirahat, lalu kembali untuk menemui kedua rekan kami yang menunggu di bawah. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju camp ground.
Tebing berbatu
Tebing berbatu, sayang aliran airnya juga tidak terlihat
Puncak Sejati 3371 mdpl
Dalam perjalan menuju camp ground, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di bebatuan yang di aliri air dan mengambil air wudhu untuk persiapan sholat dhuhur. Airnya dingin tapi menyegarkan membuat kami betah berlama-lama di situ. Tak lupa kami pun mengambil beberapa foto karena tak ingin melewatkan pemandangan yang luar biasa di sana. Setelah sejenak beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan turun ini pun , saya baru menyadari bahwa sedari tadi kami telah melewati tebing berbatu dan tanah rerumputan yang ternyata miring banget hehe. Sampai di camp ground pun membersihkan diri dan membuat santap sore untuk menghabiskan persediaan logistik yang kami bawa. Selesai santap sore kami beberes barang kami dan membongkar tenda untuk selanjutnya melakukan tracking menuju basecamp kembali.
Kami memulai tracking selepas magrib. Perjalanan turun ini lebih ringan dan lebih cepat tentunya karena beban sudah tidak terlalu berat. Kami pun kembali melewati jalur putus asa yang ternyata memang terjal. Kami memilih melakukan perjalanan malam kembali agar tidak terlalu lelah karena ketika perjalanan malam yang kami lihat hanyalah kegelapan dan jalan yang nampak akibat cahaya senter kami serta kami pun tak bisa melihat bagaimana track yang asli, sehingga itu mengurangi rasa lelah kami.
Sunset di camp ground
Karena di awal kami dibekali HT oleh penjaga baecamp, maka say adan Wuri memutuskan untuk memesan ojek gunung setelah di pos 2 karena badan kami yang sudah cukup lelah. Jalur pejalan kaki dan ojek berbeda, walaupun yang pesan hanya dua orang, Elang dan Zufar pun memutuskan untuk mengantar kami sampai di pos ojeknya dan alhamdulilah wakti itu berbarengan dengan adanya ojek yangs edang mengantar pendaki lain. Elang dan Zufar yang awalnya tidak memesan pun akhirnya mendapat tumpangan gratis. Seharusnya per orang membayar 25 ribu, tetapi kami berempat hanya diberikan harga 50 ribu, tetap mahal sih hehe.
Sensasi turun menggunakan ojek gunung ternyata lebih mengerikan. Di jalan berusaha tenang tetapi tetap khawatir jika jatuh. Jalanan yang miring embuat kami tidak bisa duduk dengan tenang karena terus merosot, tetapi saya berusaha menahannya. Rasanya kayak pengen jatuh hehe dan itu bakal nguji adrenalin teman-teman semua. Tak lama kemudian, kami pun sampai di basecamp kembali, langsung deh nge charge hp lalu segera membukanya karena selama di atas tidak ada signal. Tetapi keadaan tidak ada signal itu sangat menyenangkan. Kami pun beristirahat dan pagi harinya kami kembali ke Jogjakarta tercinta.
Karena sejatinya, tujuan mendaki bukanlah untuk menaklukkan puncak tertinggingnya,
tetapi proses untuk menaklukkan ego dan diri sendiri dengan segala perjuangan dan rintangannya
0 Response to "Gunung Sumbing : Berawal Dari Nekad Yang Membahagiakan"
Post a Comment