Untuk Bapak dan Ibuk

Kamis Wage malam atau malam Jumat kliwon pada kala itu, lahirlah seorang gadis kecil di pelosok Yogyakarta. Ya itu aku dan diberi nama Wina Afifah Putri sesui dengan nama yang ada di KTP-ku sekarang. Dilahirkan dari pasangan orang tua muda yang menjadi guru di pelosok Gunung Kidul dan Kulon Progo, hingga sekarang tentu dengan banyak perubahan. 

Bapak dan Ibuk, kusebut orang tuaku demikian, entah mungkin karena budaya atau memang dibiasakan seperti itu sejak kecil. Bapak berasal dari keluarga petani yang gigih, pantang menyerah dan pekerja keras. Bahkan sifat-sifat itu masih terlihat hingga sekarang dan tidak berubah sama sekali. Ibuku berasal dari pasangan keluarga guru, yah seperti Bapak dan Ibuku sekarang. 

Bapak adalah seseorang yang gigih dan pekerja keras. Dari sejak awal menjadi guru, Bapak sudah ditempatkan di Rongkop, Gunung Kidul sampai sekarang walaupun sudah berpindah SD. Rongkop adalah salah satu kecamatan  yang terletak di paling ujung Gunung Kidul dan itu berbatasan dengan Wonogiri, Jawa Tengah dan itu sangat jauh. Dulu ketika aku masih kecil, Bapak pulang dari Gunung Kidul seminggu sekali dan sekarang Bapak menyempatkan pulang bahkan hampir setiap hari. Walapun jaraknya jika dihitung mungkin hampir sekitar 80km bahkan mungkin lebih. Dulu, ketika masih kecil aku sering sekali merengek untuk ikut Bapak ke sekolah tapi selalu tidak dibolehkan, bahkan sampai sekarang belum pernah ehehhhe. Bapak ini bukan guru biasa kataku, ketika ia pulang beliau selalu menyempatkan untuk mampir ke Rumah Simbah di Pajangan, tentu untuk sillaturahmi dan bertani. Yah, beliau hobby sekali menggarap sawahnya sepulang sekolah dan itu dilakukan hingga sekarang.  

Ibuku, beliau adalah seorang guru SD, dulu aku sering ikut ibuku mengajar. Dulu aku sangat ingat, murid ibuku bisa dihitung dengan jari hingga sekarang Ibuk sudah pindah ke beberapa sekolah tentu dengan pengalaman yang berbeda mulai dari guru kelas hingga di amanahkan menjadi seorang pemimpin di sana. Begitu pula bapak, aku dari kecil sudah meilhat perjuangan mereka, aku sering melihat mereka bergadang mengerjakan laporan, nilai, membuat soal, mengerjakan administrasi sekolah dan masih banyak lagi.

Dari kecil aku dididik secara demokratis oleh Bapak dan Ibu. Mereka selalu memberikan menyerahkan semua keputusan hidup kepadaku tentu dengan arahan dari mereka juga. Bahkan sampai sekarang, mereka tidak pernah melarangku untuk melakukan dan mecoba hal-hal baru yang aku sukai dengan syarat bisa bertanggung jawab dan tidak merugikan orang lain. Mereka akan melarangku untuk melakukan sesuatu apabila hal tersebut sudah masuk ke ranah tidak baik. Hingga sekarang aku besar, aku terbiasa menentukan langkah hidupku sendiri. Yang aku suka dari Bapak dan Ibuk adalah mereka tidak pernah marah, sangat sangat sangat jarang sekali marah, jika pun marah itu karena aku sudah melewati batas toleransi mereka ehehhe. Ya walaupun dengan pendidikan yang demokratis seperti itu, aku telah bertumbuh menjadi seseorang menyukai kebebasan dan terkadang tidak suka diatur oleh orang lain. But issokey, asal tidak merugikan orang lain pikirku. 

Terimakasih Pak Buk yang telah menjadikanku ada di bumi ini, tentu atas ijin Allah ehehe. Terimakasih sudah mengijinkan aku mencoba hal-hal baru dan petualangan yang menakjubkan di bumi ini. Ijinkan dan doakan aku agar aku bisa berpetualang lebih jauh lagi di Bumi ini dan terimakasih juga Pak Buk sudah tidak pernah marah denganku, ya pernah sih tapi jarang sekali. Sekali terimakasih, Pak e dan Buk e.


0 Response to "Untuk Bapak dan Ibuk"

Post a Comment